Indonesia Presses Businesses to Import Satu Juta Sapi Perah untuk Tingkatkan Produksi Susu
Jakarta, 15 September 2025 – Pemerintah Indonesia menekan dunia usaha untuk segera merealisasikan rencana import satu juta sapi perah dalam lima tahun ke depan. Program senilai sekitar Rp 48 triliun (setara USD 3 miliar) ini digagas untuk mendukung produksi susu nasional, sekaligus menyukseskan program makanan gratis bagi anak sekolah dan ibu hamil.temagamelogin
Langkah Indonesia presses businesses ini muncul setelah data menunjukkan produksi susu domestik masih jauh dari kebutuhan nasional. Saat ini, lebih dari 80% konsumsi susu di Indonesia masih bergantung pada impor bubuk susu, terutama dari Selandia Baru dan Australia.Motivasi
Target Ambisius Pemerintah
Menteri Pertanian menyebut target import satu juta sapi perah ini harus dicapai pada 2030. Pemerintah ingin peternakan sapi perah lokal diperkuat melalui kemitraan dengan swasta.
“Kalau kita hanya mengandalkan impor bubuk susu, harga akan rentan naik. Kita butuh kedaulatan pangan, terutama susu segar. Itu sebabnya pemerintah mendorong dunia usaha untuk segera mengimpor sapi perah dan membangun industri hulu-hilirnya,” kata Menteri Pertanian dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/9).
Namun, hingga saat ini realisasi masih jauh dari target. Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) mengungkapkan bahwa kendala terbesar adalah biaya investasi kandang, pakan, dan infrastruktur rantai dingin (cold chain).baca juga yang lain ;klik
Kronologi dan Fakta Penting
-
Program diumumkan: 2024 dengan target lima tahun.
-
Jumlah sapi perah: 1 juta ekor hingga 2030.
-
Anggaran: USD 3 miliar atau sekitar Rp 48 triliun.
-
Tujuan utama: meningkatkan produksi susu segar dalam negeri.
-
Manfaat tambahan: mendukung program makan siang gratis untuk 82 juta siswa dan 5 juta ibu hamil.
Tantangan dan Suara Publik
Ekonom dari Universitas Indonesia menilai, program ini strategis tetapi berisiko. “Indonesia presses businesses untuk menanggung beban investasi besar. Tanpa insentif fiskal, sulit berharap swasta berani impor sapi dalam jumlah masif,” jelasnya.
Selain itu, faktor iklim dan ketersediaan lahan juga menjadi sorotan. Sapi perah lebih cocok di daerah sejuk seperti Jawa Barat, Malang, dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Jika tidak ada perencanaan matang, produktivitas sapi bisa rendah.
Peternak lokal juga berharap program ini tidak mematikan usaha kecil. “Kalau hanya swasta besar yang bisa impor, peternak kecil akan semakin terpinggirkan,” ujar Ketua APSPI.
Konteks Historis
Indonesia pernah memiliki program besar pengembangan sapi perah pada era 1980-an dengan bantuan dari Selandia Baru. Namun program tersebut gagal berkelanjutan karena lemahnya manajemen pakan dan distribusi susu. Pemerintah berupaya belajar dari kegagalan itu agar program kali ini lebih berhasil.
Kesimpulan
Program import satu juta sapi perah adalah langkah besar pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor susu bubuk dan memperkuat kedaulatan pangan. Meski ambisius, implementasi program ini menghadapi tantangan serius seperti biaya, iklim, dan dukungan infrastruktur.
Jika berhasil, kebijakan ini tidak hanya menekan impor, tetapi juga membuka lapangan kerja baru, memperkuat peternakan rakyat, serta mendukung program makan siang gratis nasional. Namun tanpa sinergi pemerintah, swasta, dan peternak kecil, target ini berisiko hanya menjadi wacana.